Macam-Macam
Rasio Keuangan dan Rumusnya
Rasio
keuangan menjelaskan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah
yang lain dalam suatu laporan keuangan.
Tujuan
analisis rasio keuangan dimaksudkan agar perbandingan-perbandingan yang
dilakukan terhadap pos-pos dalam laporan keuangan merupakan suatu perbandingan
yang logis, dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu yang memang telah diakui
mempunyai manfaat tertentu pula, sehingga hasil analisisnya layak dipakai
sebagai pedoman pengambilan keputusan.
Pada
dasarnya rasio keuangan itu banyak macamnya dan dapat dibuat sesuai kebutuhan
penganalisis. Berdasarkan sumbernya, rasio keuangan digolongkan menjadi tiga,
yaitu:
- Pertama, Rasio-rasio neraca (Balance Sheet Ratio), yakni rasio-rasio yang disusun dari data dalam neraca.
- Kedua, Rasio-rasio laporan rugi-laba (Income Statement Ratio), yakni rasio-rasio yang disusun dari data dalam laporan rugi laba.
- Ketiga, Rasio-rasio antar laporan (Intern Statement Ratio), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya yang berasal dari laporan rugi laba.
Berdasarkan
tujuan analisis angka-angka rasio dibagi menjadi 4 yakni: rasio likuiditas,
rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio aktivitas yang dapat
dijelaskan berikut ini:
A. Rasio Likuiditas
A. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas
adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi semua
kewajiban yang harus segera dipenuhi (hutang jangka pendeknya). Perusahaan yang
mempunyai cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek disebut
perusahaan yang likuid sedang bila tidak disebut ilikuid. Rasio likuiditas yang
umum dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan antara
lain:
1. Current Ratio
1. Current Ratio
Rasio
ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio memberikan
informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar. Aktiva
lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lainnya.
Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank,
hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar (Sutrisno, 2001:247).
Rumus current ratio adalah:
2. Quick Ratio
Quick
ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara jumlah aktiva
lancar dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak
dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena persediaan merupakan komponen
aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Quick ratio memfokuskan
komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu: kas, surat-surat
berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka
pendek (Martono, 2003:56). Jadi rumusnya:
Jika
terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan current ratio,
dimana current ratio meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti terjadi
investasi yang besar pada persediaan.
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002:302).
3. Cash Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002:302).
3. Cash Ratio
Rasio
ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang
kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang
disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran. Sedangkan harta
setara kas (near cash) adalah harta lancar yang dengan mudah dan cepat dapat
diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Negara yang menjadi
domisili perusahaan bersangkutan. Rumus untuk menghitung cash ratio
adalah:
Rasio
ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan total aktiva
lancar. Semakin besar rasionya semakin baik. Sama seperti Quick Ratio, tidak
harus mencapai 100% (Harahap, 2002:302).
B. Rasio Solvabilitas
B. Rasio Solvabilitas
Rasio
solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
segala kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan
dilikuidasi. Perusahaan yang mempunyai aktiva/kekayaan yang cukup untuk
membayar semua hutang-hutangnya disebut perusahaan yang solvable, sedang yang
tidak disebut insolvable. Perusahaan yang solvabel belum tentu ilikuid ,
demikian juga sebaliknya yang insolvable belum tentu ilikuid. Macam-macam rasio keuangan berkaitan
dengan rasio solvabilitas yang biasa digunakan adalah:
1. Total Debt to Total Assets Ratio
1. Total Debt to Total Assets Ratio
Rasio
yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur prosentase
besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua
hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang
berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat
keamanan dananya menjadi semakin baik (Sutrisno, 2001:249). Untuk mengukur
besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:
Rasio
ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin kecil
rasionya semakin aman (solvable). Porsi hutang terhadap aktiva harus lebih
kecil (Harahap, 2002:304).
2. Debt to Equity Ratio
2. Debt to Equity Ratio
Rasio
hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan antara
hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini
berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi
perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar
beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik.
Maksudnya, semakin kecil porsi hutang terhadap modal, semakin aman.
Rumusnya:
C. Rasio Rentabilitas
Rasio
rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba. Perhatian
ditekankan pada rasio ini karena hal ini berkaitan erat dengan kelangsungan
hidup perusahaan. Ada beberapa ukuran rasio rentabilitas yang dipakai,
yakni:
1. Profit Margin
1. Profit Margin
Rasio
ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada
tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung pada analisis
common size untuk laporan rugi laba (baris paling akhir). Rasio ini bisa
diintepretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran
efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Hanafi dan Halim, 2000:84).
Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut:
Rasio
ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan. Semakin besar rasionya semakin baik, karena dianggap
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi (Harahap,
2002:304).
2. Gross Profit Margin
2. Gross Profit Margin
Gross
Profit Margin merupakan perbandingan antara laba kotor yang diperoleh
perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Rasio
ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap
rupiahpenjualan. Semakin besar rasionya berarti semakin baik kondisi keuangan
perusahaan (Munawir, 2001:89). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Rasio
ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan menutupi
biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini
dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga
perusahaan dapat menikmati laba. Semakin besar rasionya semakin baik (Harahap,
2002:306).
3. Net Profit Margin
3. Net Profit Margin
Net
Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan untuk mengukur rupiah laba
bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan dan mengukur seluruh
efisien, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga
maupun manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
Tetapi
jika rasionya rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat
biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan
tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Prastowo dan Juliaty,
2003:91). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
Rasio
ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah
penjualan. Semakin tinggi rasionya semakin baik, karena menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
4. Return On Investment (ROI)
4. Return On Investment (ROI)
Return
On Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang
akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan
untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT (Sutrisno,
2001:255). Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio
ini mengukur jumlah rupiah laba bersih (setelah pajak) yang dihasilkan oleh
setiap satu rupiah investasi yang dikeluarkan. Semakin besar rasionya semakin
baik (Sutrisno, 2001:255).
5. Return On Assets
5. Return On Assets
Rasio
ini disebut juga rentabilitas ekonomis, merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal
ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT
(Sutrisno, 2001:254).Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio
ini mengukur tingkat keuntungan (EBIT) dari aktiva yang digunakan. Semakin
besar rasionya semakin baik (Sutrisno, 2001:254).
D. Rasio Aktivitas
D. Rasio Aktivitas
Rasio ini
melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas
aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah
pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana
kelebihan yang tertanam padaaktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut
akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Beberapa
rasio aktivitas yang digunakan adalah:
1. Perputaran Piutang
1. Perputaran Piutang
Rasio
ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang yang dikumpulkan dalam satu
tahun. Rasio ini mengukur kualitas piutang dan efisiensi perusahaan dalam
pengumpulan piutang dan kebijakan kreditnya. Rasio ini biasanya digunakan dalam
hubungan dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberi ukuran seberapa
cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang,
menggambarkan lamanya suat u piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan).
Semakin lama jangka waktu pelunasannya,semakin besar pula resiko kemungkinan
tidak tertagihnya piutang (Prastowo dan Juliaty, 2003:82). Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus:
Rasio
ini mengukur efektivitas peng elolaan piutang. Semakin tinggi tingkat
perputarannya semakin efektif pengelolaan piutangnya (Sutrisno,
2001:252).
2. Perputaran Persediaan
2. Perputaran Persediaan
Seperti
halnya perputaran piutang, rasio ini juga menggambarkan likuiditas perusahaan,
yaitu dengan cara mengukurefisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual
persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Perputaran
persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam
satu tahun. Hal ini menandakan efektivitas manajemen persediaaan. Sebaliknya,
jika perputaran persediaan rendah menunjukkan pengendalian atas persediaan
kurang efektif (Hanafi dan Halim, 2000:80). Rumus perhitungannya adalah:
Rasio
ini mengukur efektivitas pengelolaan persediaan. Semakin tinggi tingkat
perputarannya semakin efektif pengelolaan persediaanya (Sutrisno, 2001:251).
3. Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap tersebut. Pada beberapa industri seperti industri yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang tinggi, rasio ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada beberapa industri yang lain seperti industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang kecil, rasio ini barangkali tidak begitu penting untuk diperhatikan (Hanafi dan Halim, 2000:81). Perputaran aktiva tetap dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
3. Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap tersebut. Pada beberapa industri seperti industri yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang tinggi, rasio ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada beberapa industri yang lain seperti industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang kecil, rasio ini barangkali tidak begitu penting untuk diperhatikan (Hanafi dan Halim, 2000:81). Perputaran aktiva tetap dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rasio
ini mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam mendapatkan penghasilan.
Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya
(Sutrisno, 2001:253).
4. Perputaran Total Aktiva
Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio perputaran total aktiva. Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran investasi atau modalnya (Hanafi dan Halim, 2000:81). Rasio perputaran total aktiva menggunakan rumus:
4. Perputaran Total Aktiva
Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio perputaran total aktiva. Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran investasi atau modalnya (Hanafi dan Halim, 2000:81). Rasio perputaran total aktiva menggunakan rumus:
Rasio
ini merupakan ukuran efektivitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan
penjualan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif perusahaan
memanfaatkan aktivanya (Sutrisno, 2001:253).
Demikian uraian macam-macam rasio keuangan dan rumusnya. Dalam menilai kesehatan keuangan suatu perusahaan, rasio keuangan menjadi pertimbangan utama.
SUMBER :
http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2016/03/macam-macam-rasio-keuangan-dan-rumusnya.html (diakses 15/12/2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar